Senin, 27 Oktober 2014

Masa Kecil bersama Game



Tulisan ke-3

Mata Pelajaran:                   Bahasa Indonesia 2
Nama:                               Aditya Siswantara
NPM:                                2021 2254
Kelas:                                3EB01

Masa Kecil bersama Game

                Game adalah suatu aktivitas penghilang rasa jenuh, masa kecilku tak bisa dipisahkan dari game berbagai media elektronik, mulai dari GameBot, Nintendo hingga PS1. Sewaktu kecil, aku memang mempunyai waktu di rumah cukup banyak, ibuku sering mengurusi adik pertamaku, Devina, sewaktu itu usiaku baru sekitar 6 tahun, aku sangat menyukai game, kala aku melihat orang yang bermain game Sonic maupun Super Mario di konsol Nintendo, aku begitu gemas ingin memainkannya, ketepatan waktu dalam melompat dan berlari dalam Super Mario harus diperhitungkan, tapi aku sendiri sudah berusaha mencoba untuk memperhitungkannya tapi tetap saja aku hanya bisa memainkan game Super Mario selama beberapa stage saja, karena terlalu sulit bagiku untuk membuat beberapa keputusan action dalam game tersebut.

                Game memang telah mengisi hariku dari kebosanan, apalagi masa kecilku yang tidak mempunyai rutinitas, sewaktu itu aku belum terlalu minat dalam mengikuti perkembangan  dunia sepakbola  dan aku juga belum bisa memainkan musik, aku lebih berminat menggambar meskipun itu tidak kulakukan secara serius, hanya untuk mengisi waktu senggang saja. Rasa penasaranku untuk menyelesaikan level-level dalam game semakin tak terbendung dari hari ke hari, suatu saat ketika aku di-khitan pada saat kelas 3 SD, yang kulakukan adalah menonton kuis yang dibawakan Helmi Yahya dan Alya Rohali (aku lupa nama acara kuisnya) dan juga bermain GameBot, aku memainkan beberapa permainan yang seru, kebanyakan permainan GameBot yang sederhana itu selalu ku gemari, pada saat acara syukuran khitanan-ku di gedung, aku sering sekali tiduran di bangku dan bermain GameBot, aku melakukan itu saat tidak ada kegiatan salam-salaman dengan tamu, aku cukup terkejut pada hari itu, game yang menurutku sulit dimainkan yaitu game Tank Baja, mampu ku mainkan dengan cukup baik, aku sangat malas untuk bermain game tersebut karena ada Tank Besar di akhir stage yang sulit untuk dilawan, namun dengan sedikit kecerdikan yang baru ku ketahui hari itu, aku bisa memberikan perlawanan kepada Tank Besar itu dengan cukup baik, sementara dalam permainan GameBot yang lain yaitu tetris, aku tidak mampu untuk memainkannya dengan baik karena aku tidak cukup pintar untuk menyusun bangun-bangun datar di game itu dengan baik dan benar.

                Saat usiaku menginjak umur 10 tahun, Playstation edisi pertama (PS) sedang Booming, aku selalu menantikan saat-saat aku melihat Koko Tomi (saudara laki-laki ku yang lebih tua dariku beberapa tahun) memainkan game Winning Eleven, saat aku melihat game tentang Sepakbola itu, aku merasa  ingin mengetahui lebih dalam tentang game tersebut. Aku pun menjadi saksi Koko-ku mengalahkan Computer Player dengan mudah, dia adalah Gamers terhebat yang ku kenal sejak kecil. Aku begitu penasaran tentang cara memainkan game Winning Eleven.

      Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah nenekku yang lebih sering ku panggil dengan “Mami”, aku melihat Om-ku yang lebih sering ku panggil “Mas” bernama Adi bermain Playstation, saat itu game yang dimainkan adalah game memancing.  Aku pun melihatnya bermain secara seksama, disaat aku berkunjung ke sana dan ia sedang tidak ada di rumah, maka aku pun mencoba memainkannya, sangat mendebarkan ketika kail kita telah berhasil menggaet ikan, butuh ketelitian yang ekstra dalam menekan tombol-tombol stick PS, sehingga perasaanku sangat senang saat aku berhasil mendapatkan seekor ikan. Aku pun ketagihan memainkan game itu, aku juga sering memainkan game balap seperti Crash Team Racing ataupun Formula One, aku sering diledeki Kakekku (aku tahu ia hanya bercanda) karena saat aku bermain game balap, tangan dan badanku seolah-oleh berada dalam game sehingga badanku sering condong ke kanan dan ke kiri saat memainkan game balap.
      Salah satu hal yang aku senangi  adalah saat hari sabtu atau liburan sekolah, aku diberi kesempatan untuk bermain dan menginap ke rumah Mami karena disana aku memainkan PlayStation 1  secara gratis dan lama.Game yang aku paling sering mainkan adalah Bloody Roar, Crash Team Racing dan Winning Eleven. Aku memainkan game itu di kamar Mas Adi, beberapa kali di pagi hari dimana aku sudah tidak bisa menahan keinginanku untuk bermain game, aku secara sembunyi-sembunyi masuk ke kamar Mas Adi dimana pemilik kamar sedang tertidur pulas, aku pun menyalakan Play Station dengan hati-hati dan berusaha tidak membuat suara gaduh, lalu aku pun bermain dengan suasana sunyi senyap namun tetap fokus dan sedikit-sedikit tersenyum kala aku berhasil memenangkan beberapa track dari game CTR. Siang harinya dikala Mas Adi ada keperluan ke luar rumah, aku semakin leluasa dalam bermain Game, aku senang memainkan game Winning Eleven, bermain di kompetisi Liga Inggris dengan Klub Manchester United, klub yang menjadi idolaku sewaktu itu, dimana hampir semua pemainnya sangat kufavoritkan seperti David Beckham dan Ruud Van Nistelrooy, aku sangat antusias bermain game tersebut, dalam setiap match-nya aku selalu berusaha mencetak gol indah, dan menjadikan Ruud Van Nistelrooy sebagai Top Skorer, begitu bahagianya diriku ketika Klub yang aku mainkan, Manchester United, mampu menjuarai Liga Inggris dan Ruud Van Nistelrooy mampu menjadi Top Skorer dengan selisih gol yang jauh dibanding pesaing-pesaingnya di peringkat Top Skorer.  Aku sering menyimpan (save) cuplikan gol-gol indah yang ku buat di memory card Play Station tersebut (yang dimiliki oleh Mas Adi) karena menurutku itu adalah sebuah gol-gol yang hebat untuk aku pandang.

       Game favoritku yang belum kusebutkan di atas adalah Harvest Moon: Back to Nature dan Tekken, yang pertama ku sebutkan adalah game bertani, berternak dan kehidupan bermasyarakat yang seru untuk dimainkan. Aku terbiasa melihat permainan itu di rumah tetanggaku, Yanti dan Wina dan aku memang begitu antusias melihat dan ketika memainkannya pun aku merasakan kesenangan, keseruan dan tantangan hidup. Aku sering sekali memainkan game ini disaat aku menginjak SD Kelas 5, kala itu aku memainkannya sangat lama dan aku sering meminjam buku Walkthrough milik tante aku yang juga memainkan game itu, ia memainkan game itu lebih baik dari aku sehingga aku merasa terpacu untuk bermain lebih baik lagi, aku juga sering mendiskusikan game ini bersama teman aku dahulu di TK bernama Chandra. Tekken adalah fighting game yang memiliki jurus-jurus yang hebat dan setiap akhir  Story Mode ada cerita tentang character tersebut di dalam kehidupannya sehingga ia menjadi seorang petarung. Character favoritku adalah Hworang karena ia menggunakan kakinya sebagai combo sehingga gerakan yang ia hasilkan terlihat begitu indah layaknya seni lukis.
Demikian cerita masa kecilku tentang kegemaranku dalam bermain game, setiap game adalah pengalaman menarik yang selalu dikenang bagi para young gamers. 

Musik dalam Kehidupanku



Tulisan ke-2

Mata Pelajaran:                     Bahasa Indonesia 2
Nama:                                 Aditya Siswantara
NPM:                                   2021 2254
Kelas:                                   3EB01

Musik dalam kehidupanku

Musik adalah sebuah karya yang indah dan universal, musik juga bisa membuat para pendengarnya untuk meresapi lirik-lirik indah yang terdapat pada lagu. Musik juga bagian dari hidupku,  karena musik membuatku punya beberapa sahabat, aku menyukai genre musik  apapun selama itu easy listening dan bisa membuatku merasakan hal yang dialami sang penyanyi atau pencipta lagu. Lagu yang pertama meresap dalam kehidupanku adalah “Seberapa Pantas” dari Sheila On 7. 

Beberapa baris lirik di  lagu “Seberapa Pantas”  terjadi dalam kehidupanku apabila ku balik liriknya, sebagai contoh, ku ambil beberapa kata awal dari lagu ini, “Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu, cukup tangguhkah dirimu untuk selalu kuandalkan.” Lirik ini lebih cocok dengan kehidupanku saat kubalik menjadi, “Seberapa pantaskah ku untuk kau tunggu, cukup tangguhkah diriku untuk selalu kau andalkan.” Tapi lirik seperti “mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang” itu sudah sesuai dengan perasaanku tanpa harus di balik liriknya. Aku merasakan dengan dalam lagu ini ketika aku mulai menyukai seorang siswi baru di sekolahku, ia baru mulai belajar di sekolahku selama beberapa hari, aku kagum dengannya dan aku penasaran dengan dia, bahkan di kala teman satu jemputannya ingin mengenalkannya denganku saat pulang sekolah, aku begitu takut dan malu  sehingga aku kabur menyeberang jalan untuk masuk ke angkot. Aku merasakan bahwa aku tidak mungkin cocok bila bersamanya, aku kecil dan tidak pernah memperhatikan penampilan, sementara ia lumayan tinggi,  berambut panjang dan begitu manis.  Sejak itu aku putuskan untuk memendam perasaanku kepadanya.

Musik yang ku maksud di atas- dapat membuatku memiliki sahabat- akan ku ceritakan disini. Musik itu adalah lagu dari band Peterpan, aku mulai mendengarkan lagu-lagu karya band asal Bandung itu sejak kelas 4 SD, saat itu aku pindah ke sebuah rumah dimana anak-anak sebayaku tinggal berdekatan denganku, aku sering datang ke rumah temanku, hanya untuk memutar CD  bajakan band Peterpan, mulai dari Video Clip, dokumentasi Konser yang memecahkan rekor MURI- Konser di beberapa kota dan lintas pulau dalam waktu 24 jam- dan video konser di Kota-Kota besar Indonesia seperti Aceh. Kami juga memiliki personel favorit masing-masing. Aldi, salah satu temanku, menyukai sosok Ariel, Iqbal, yang telah menjadi sahabat Aldi lebih lama dariku, sangat kagum dengan pemain bass, Indra, sementara aku begitu menyukai gaya dari Andika, sang pemain keyboard.  Kami menyukai semua lagu Peterpan terutama dalam album kedua, “Bintang di Surga”, kami begitu menikmati lagu-lagu seperti “Ada Apa Denganmu”, “Mungkin Nanti” dan “Kukatakan Dengan Indah”. Kami semua tertawa kala menonton video klip “Di Atas Normal” yang begitu aneh dan diluar nalar.

Lagu pertama yang aku sukai dari band itu adalah “Mungkin Nanti”, lagu itu mempunyai lirik yang sangat dalam, memang kebanyakan lirik lagu itu menceritakan tentang cinta, tetapi sepenggal lirik , “Seperti hari kemarin, saat semua disini” dan adegan dalam video klipnya ketika Ariel yang sedang patah hati ditinggalkan sang kekasih dirangkul oleh ke-5 sahabatnya, begitu lekat dengan arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dimana selalu ada sahabat yang menghibur dikala seseorang sedang tertunduk lesu.    

           Lagu ke dua dari band Peterpan –yang sekarang sudah berganti formasi dan berubah menjadi Noah-   yang begitu ku favoritkan adalah “Bintang di Surga”, liriknya yang begitu menusuk ke telinga, “Lelah tetapku mencari hati untukku membagi menemani langkahku namun tak berarti.” Sangat berhubungan dengan hidupku mengenai perasaanku  terhadap gadis yang betul-betul ku kagumi tersebut. Aku betul-betul lelah untuk menyemangati diriku agar aku berani untuk mendekati dia dan mencari cara menyenangkan hatinya, aku betul-betul takut dia tidak menyukaiku. Aku selalu merasa aneh bila tubuhku dekat dengan dia, aku tidak mampu berkata apapun, hanya mataku yang mampu berbicara, aku betul-betul merasa tak berarti karena aku tidak berani untuk paling tidak mengajaknya berbincang tentang hal-hal yang dia sukai. 

Lagu “Bintang di Surga” betul-betul menjadi favoritku saat aku masih SD, aku sangat menyukai suara gitarnya yang begitu terdengar keras, alunannya begitu berbeda dengan lagu-lagu peterpan yang lainnya yang terkesan santai dan catchy. Musik gitar yang dimainkan Lukman “Peterpan” dan suara biola yang mengiringi bagian instrumental dari lagu tersebut  selalu membuat aku nyaman. Aku sangat menunggu lagu itu dibuatkan Video Klip-nya, tapi aku tak begitu yakin Musica Studio –Label tempat Peterpan bernaung- mau membuatkan Video Klipnya, tapi ternyata yang terjadi 180 Derajat. Rizal Mantovani sebagai Director membuat Video Klip Bintang Di Surga seperti adegan-adegan Hollywood, akting-akting Ariel, Reza, Lukman sebagai perampok dan Uki, Andika dan Indra sebagai polisi begitu hebat sehingga aku sangat menikmati adegan demi adegannya. Saat satu-per-satu perampok mati, aku cukup merasa sedih seakan-akan masuk ke dalam Video Klip itu.

            Itulah pengalamanku dalam mendengarkan musik saat aku masih kecil, semoga ada pelajaran
berharga dibalik cerita yang ku sajikan.
               
               

Kehidupanku



Tulisan ke-1

Mata Pelajaran:                 Bahasa Indonesia 2
Nama:                              Aditya Siswantara
NPM:                               2021 2254
Kelas:                               3EB01

Masa Kecilku

Namaku Aditya Siswantara, di Tangerang, 20 Juni 1995, masa kecil yang indah kurasakan sebagai anak pertama dari Bapak Agus Salim dan Ibu Sri Susilawati Puji Ayu Larasati.  Menurut Nenekku, sejak kecil aku selalu dimanja dengan jalan-jalan ke mall tiap minggu oleh ibuku dan selalu menyantap KFC, maklum memang, pada waktu itu usaha bengkel yang dilakukan oleh Bapakku  tergolong sukses, bapakku pun memiliki mobil dan beberapa motor. Mungkin karena aku dimanja, aku tumbuh menjadi anak yang fisiknya lemah, badanku kecil dan tergolong ringkih, lagipula aku memang tidak suka memakan sayur karena itu pahit di lidah, jadi ketahanan tubuhku akan penyakit memang kurang, aku sering masuk angin, pusing kepala bahkan terkena kelenjar getah bening. 

Semenjak 1998 kala Indonesia mengalami krisis moneter, usaha ayahku pun mengalami kebangkrutan, pada tahun itu pulalah, Adik perempuanku, Devina Nurul Aulia lahir, tepatnya tanggal 22 Januari 1998, kami sempat pindah ke Jakarta untuk tinggal bersama nenek karena ibu dan ayahku menunggu adikku tumbuh agak besar terlebih dahulu sebelum akhirnya ayahku memilih Kota Bogor sebagai tempat tinggal kami berikutnya.Aku sedari kecil sudah menjadi anak yang pemalu, sehingga pada umur 5 tahun, ketika aku masuk TK, temanku tidak banyak karena aku tidak mudah untuk mengerti cara mereka dalam berteman, aku juga termasuk sulit sekali dihibur, berbeda dengan adikku, ia selalu tampak ceria dan punya banyak teman yang sering berkunjung ke rumah kami, sementara aku sangat selektif dalam memilih teman, oleh karena itu dari TK sampai SD Kelas 3, aku belum memiliki teman dekat, keadaanku sebagai cucu Kepala Sekolah membuatku kurang senang karena aku lebih dikenal sebagai cucu Kepala Sekolah, bukan sebagai diri sendiri
Teman terdekatku saat SD bernama Yanwar,  ia sangat menyenangkan untukku karena dia bisa menghiburku, ia terkadang sering di-bully karena suka berbohong dan sok tahu kala menceritakan progress- nya dalam bermain Play Station, ia juga memiliki fisik yang kurang bagus, karena itu ia sering diledek saat selesai bermain sepakbola, tapi Yanwar ingin membuktikan bahwa ia bisa bermain sepakbola, oleh karena itu suatu hari saat hujan turun, ia menendang bola dengan segenap kemampuannya dengan badan yang rentan kedinginan, aku turut prihatin dengannya, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku tidak bisa menyanggah perkataan murid-murid lain terhadapnya, karena aku merasa aku bukan orang yang sanggup berdebat dengan mereka. Semenjak kelas 4, aku bermain kartu Yugi-Oh dengannya, meskipun cara bermainnya masih asal-asalan dan tidak mengikuti peraturan, tetaplah menyenangkan bermain dengannya, aku sangat ingin Yanwar bermain bersamaku lagi karena ia adalah salah satu orang yang bisa membuat adik bungsuku, Muhammad Raihan Triantara, tertawa.  

Semasa kecil, aku adalah orang yang mudah ketakutan akan teguran oleh orang lain kala aku salah, aku ingat ketika awal sekolah dasar, aku mendapatkan nilai 6, aku memang tidak dimarahi oleh Ibuku, tetapi aku merasa terpukul karena aku melihat orangtua ku merasa kecewa, oleh karena itu aku kurang bersikap optimis, aku sangat takut kehilangan barang karena lupa. Aku sangat senang tidur dengan bantal guling bernama bobo yang telah menjadi teman tidurku sejak kecil, bahkan hingga aku menginjak SMP, aku selalu tidur bersama boneka itu dan selalu kehilangan kalau dia dicuci. Bobo sudah ditambal beberapa kali sampai ia benar-benar rusak dan aku betul-betul kehilangan dia. 

         Suatu hari, aku mulai menyadari bahwa aku harus berubah, karena aku sudah menjadi kakak untuk kedua  adikku, aku harus mengajarkan mereka arti hidup yang menurutku benar, aku pun selalu berusaha memperbaiki sikap dengan bersikap terbuka dan tidak terlalu pemalu dalam berteman. Aku belum tahu apakah itu sudah berhasil di masa sekarang? akupun belum tahu, apakah sifatku sudah membuat orang-orang di sekitarku nyaman? tetapi aku rasa, aku tidak pernah dengan sengaja membuat orang lain terluka, Kalimat terakhirku dalam tulisan ini, aku harap jalan hidupku ke depan akan sama seperti  apa  yang aku rencanakan.