Tulisan ke-2
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia 2
Nama: Aditya
Siswantara
NPM: 2021
2254
Kelas: 3EB01
Musik dalam
kehidupanku
Musik adalah
sebuah karya yang indah dan universal, musik juga bisa membuat para
pendengarnya untuk meresapi lirik-lirik indah yang terdapat pada lagu. Musik
juga bagian dari hidupku, karena musik
membuatku punya beberapa sahabat, aku menyukai genre musik apapun selama
itu easy listening dan bisa membuatku
merasakan hal yang dialami sang penyanyi atau pencipta lagu. Lagu yang pertama
meresap dalam kehidupanku adalah “Seberapa Pantas” dari Sheila On 7.
Beberapa baris
lirik di lagu “Seberapa Pantas” terjadi dalam kehidupanku apabila ku balik
liriknya, sebagai contoh, ku ambil beberapa kata awal dari lagu ini, “Seberapa
pantaskah kau untuk ku tunggu, cukup tangguhkah dirimu untuk selalu kuandalkan.”
Lirik ini lebih cocok dengan kehidupanku saat kubalik menjadi, “Seberapa
pantaskah ku untuk kau tunggu, cukup tangguhkah diriku untuk selalu kau
andalkan.” Tapi lirik seperti “mampukah kau bertahan dengan hidupku yang
malang” itu sudah sesuai dengan perasaanku tanpa harus di balik liriknya. Aku
merasakan dengan dalam lagu ini ketika aku mulai menyukai seorang siswi baru di
sekolahku, ia baru mulai belajar di sekolahku selama beberapa hari, aku kagum
dengannya dan aku penasaran dengan dia, bahkan di kala teman satu jemputannya
ingin mengenalkannya denganku saat pulang sekolah, aku begitu takut dan
malu sehingga aku kabur menyeberang
jalan untuk masuk ke angkot. Aku merasakan bahwa aku tidak mungkin cocok bila
bersamanya, aku kecil dan tidak pernah memperhatikan penampilan, sementara ia
lumayan tinggi, berambut panjang dan
begitu manis. Sejak itu aku putuskan
untuk memendam perasaanku kepadanya.
Musik yang ku
maksud di atas- dapat membuatku memiliki sahabat- akan ku ceritakan disini.
Musik itu adalah lagu dari band Peterpan, aku mulai mendengarkan lagu-lagu
karya band asal Bandung itu sejak
kelas 4 SD, saat itu aku pindah ke sebuah rumah dimana anak-anak sebayaku
tinggal berdekatan denganku, aku sering datang ke rumah temanku, hanya untuk
memutar CD bajakan band Peterpan, mulai dari Video Clip, dokumentasi Konser yang
memecahkan rekor MURI- Konser di beberapa kota dan lintas pulau dalam waktu 24
jam- dan video konser di Kota-Kota besar Indonesia seperti Aceh. Kami juga
memiliki personel favorit masing-masing. Aldi, salah satu temanku, menyukai sosok
Ariel, Iqbal, yang telah menjadi sahabat Aldi lebih lama dariku, sangat kagum
dengan pemain bass, Indra, sementara aku begitu menyukai gaya dari Andika, sang
pemain keyboard. Kami menyukai semua lagu Peterpan terutama
dalam album kedua, “Bintang di Surga”, kami begitu menikmati lagu-lagu seperti
“Ada Apa Denganmu”, “Mungkin Nanti” dan “Kukatakan Dengan Indah”. Kami semua
tertawa kala menonton video klip “Di Atas Normal” yang begitu aneh dan diluar
nalar.
Lagu pertama
yang aku sukai dari band itu adalah “Mungkin Nanti”, lagu itu mempunyai lirik
yang sangat dalam, memang kebanyakan lirik lagu itu menceritakan tentang cinta,
tetapi sepenggal lirik , “Seperti hari kemarin, saat semua disini” dan adegan
dalam video klipnya ketika Ariel yang sedang patah hati ditinggalkan sang
kekasih dirangkul oleh ke-5 sahabatnya, begitu lekat dengan arti sebuah
persahabatan yang sesungguhnya, dimana selalu ada sahabat yang menghibur dikala
seseorang sedang tertunduk lesu.
Lagu
ke dua dari band Peterpan –yang sekarang sudah berganti formasi dan berubah
menjadi Noah- yang begitu ku favoritkan adalah “Bintang di
Surga”, liriknya yang begitu menusuk ke telinga, “Lelah tetapku mencari hati
untukku membagi menemani langkahku namun tak berarti.” Sangat berhubungan
dengan hidupku mengenai perasaanku
terhadap gadis yang betul-betul ku kagumi tersebut. Aku betul-betul
lelah untuk menyemangati diriku agar aku berani untuk mendekati dia dan mencari
cara menyenangkan hatinya, aku betul-betul takut dia tidak menyukaiku. Aku
selalu merasa aneh bila tubuhku dekat dengan dia, aku tidak mampu berkata
apapun, hanya mataku yang mampu berbicara, aku betul-betul merasa tak berarti
karena aku tidak berani untuk paling tidak mengajaknya berbincang tentang
hal-hal yang dia sukai.
Lagu “Bintang di
Surga” betul-betul menjadi favoritku saat aku masih SD, aku sangat menyukai
suara gitarnya yang begitu terdengar keras, alunannya begitu berbeda dengan
lagu-lagu peterpan yang lainnya yang terkesan santai dan catchy. Musik gitar yang dimainkan Lukman “Peterpan” dan suara
biola yang mengiringi bagian instrumental dari lagu tersebut selalu membuat aku nyaman. Aku sangat menunggu
lagu itu dibuatkan Video Klip-nya, tapi aku tak begitu yakin Musica Studio
–Label tempat Peterpan bernaung- mau membuatkan Video Klipnya, tapi ternyata
yang terjadi 180 Derajat. Rizal Mantovani sebagai Director membuat Video Klip Bintang Di Surga seperti adegan-adegan
Hollywood, akting-akting Ariel, Reza, Lukman sebagai perampok dan Uki, Andika
dan Indra sebagai polisi begitu hebat sehingga aku sangat menikmati adegan demi
adegannya. Saat satu-per-satu perampok mati, aku cukup merasa sedih seakan-akan
masuk ke dalam Video Klip itu.
berharga dibalik cerita yang ku sajikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar