Senin, 27 Oktober 2014

Musik dalam Kehidupanku



Tulisan ke-2

Mata Pelajaran:                     Bahasa Indonesia 2
Nama:                                 Aditya Siswantara
NPM:                                   2021 2254
Kelas:                                   3EB01

Musik dalam kehidupanku

Musik adalah sebuah karya yang indah dan universal, musik juga bisa membuat para pendengarnya untuk meresapi lirik-lirik indah yang terdapat pada lagu. Musik juga bagian dari hidupku,  karena musik membuatku punya beberapa sahabat, aku menyukai genre musik  apapun selama itu easy listening dan bisa membuatku merasakan hal yang dialami sang penyanyi atau pencipta lagu. Lagu yang pertama meresap dalam kehidupanku adalah “Seberapa Pantas” dari Sheila On 7. 

Beberapa baris lirik di  lagu “Seberapa Pantas”  terjadi dalam kehidupanku apabila ku balik liriknya, sebagai contoh, ku ambil beberapa kata awal dari lagu ini, “Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu, cukup tangguhkah dirimu untuk selalu kuandalkan.” Lirik ini lebih cocok dengan kehidupanku saat kubalik menjadi, “Seberapa pantaskah ku untuk kau tunggu, cukup tangguhkah diriku untuk selalu kau andalkan.” Tapi lirik seperti “mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang” itu sudah sesuai dengan perasaanku tanpa harus di balik liriknya. Aku merasakan dengan dalam lagu ini ketika aku mulai menyukai seorang siswi baru di sekolahku, ia baru mulai belajar di sekolahku selama beberapa hari, aku kagum dengannya dan aku penasaran dengan dia, bahkan di kala teman satu jemputannya ingin mengenalkannya denganku saat pulang sekolah, aku begitu takut dan malu  sehingga aku kabur menyeberang jalan untuk masuk ke angkot. Aku merasakan bahwa aku tidak mungkin cocok bila bersamanya, aku kecil dan tidak pernah memperhatikan penampilan, sementara ia lumayan tinggi,  berambut panjang dan begitu manis.  Sejak itu aku putuskan untuk memendam perasaanku kepadanya.

Musik yang ku maksud di atas- dapat membuatku memiliki sahabat- akan ku ceritakan disini. Musik itu adalah lagu dari band Peterpan, aku mulai mendengarkan lagu-lagu karya band asal Bandung itu sejak kelas 4 SD, saat itu aku pindah ke sebuah rumah dimana anak-anak sebayaku tinggal berdekatan denganku, aku sering datang ke rumah temanku, hanya untuk memutar CD  bajakan band Peterpan, mulai dari Video Clip, dokumentasi Konser yang memecahkan rekor MURI- Konser di beberapa kota dan lintas pulau dalam waktu 24 jam- dan video konser di Kota-Kota besar Indonesia seperti Aceh. Kami juga memiliki personel favorit masing-masing. Aldi, salah satu temanku, menyukai sosok Ariel, Iqbal, yang telah menjadi sahabat Aldi lebih lama dariku, sangat kagum dengan pemain bass, Indra, sementara aku begitu menyukai gaya dari Andika, sang pemain keyboard.  Kami menyukai semua lagu Peterpan terutama dalam album kedua, “Bintang di Surga”, kami begitu menikmati lagu-lagu seperti “Ada Apa Denganmu”, “Mungkin Nanti” dan “Kukatakan Dengan Indah”. Kami semua tertawa kala menonton video klip “Di Atas Normal” yang begitu aneh dan diluar nalar.

Lagu pertama yang aku sukai dari band itu adalah “Mungkin Nanti”, lagu itu mempunyai lirik yang sangat dalam, memang kebanyakan lirik lagu itu menceritakan tentang cinta, tetapi sepenggal lirik , “Seperti hari kemarin, saat semua disini” dan adegan dalam video klipnya ketika Ariel yang sedang patah hati ditinggalkan sang kekasih dirangkul oleh ke-5 sahabatnya, begitu lekat dengan arti sebuah persahabatan yang sesungguhnya, dimana selalu ada sahabat yang menghibur dikala seseorang sedang tertunduk lesu.    

           Lagu ke dua dari band Peterpan –yang sekarang sudah berganti formasi dan berubah menjadi Noah-   yang begitu ku favoritkan adalah “Bintang di Surga”, liriknya yang begitu menusuk ke telinga, “Lelah tetapku mencari hati untukku membagi menemani langkahku namun tak berarti.” Sangat berhubungan dengan hidupku mengenai perasaanku  terhadap gadis yang betul-betul ku kagumi tersebut. Aku betul-betul lelah untuk menyemangati diriku agar aku berani untuk mendekati dia dan mencari cara menyenangkan hatinya, aku betul-betul takut dia tidak menyukaiku. Aku selalu merasa aneh bila tubuhku dekat dengan dia, aku tidak mampu berkata apapun, hanya mataku yang mampu berbicara, aku betul-betul merasa tak berarti karena aku tidak berani untuk paling tidak mengajaknya berbincang tentang hal-hal yang dia sukai. 

Lagu “Bintang di Surga” betul-betul menjadi favoritku saat aku masih SD, aku sangat menyukai suara gitarnya yang begitu terdengar keras, alunannya begitu berbeda dengan lagu-lagu peterpan yang lainnya yang terkesan santai dan catchy. Musik gitar yang dimainkan Lukman “Peterpan” dan suara biola yang mengiringi bagian instrumental dari lagu tersebut  selalu membuat aku nyaman. Aku sangat menunggu lagu itu dibuatkan Video Klip-nya, tapi aku tak begitu yakin Musica Studio –Label tempat Peterpan bernaung- mau membuatkan Video Klipnya, tapi ternyata yang terjadi 180 Derajat. Rizal Mantovani sebagai Director membuat Video Klip Bintang Di Surga seperti adegan-adegan Hollywood, akting-akting Ariel, Reza, Lukman sebagai perampok dan Uki, Andika dan Indra sebagai polisi begitu hebat sehingga aku sangat menikmati adegan demi adegannya. Saat satu-per-satu perampok mati, aku cukup merasa sedih seakan-akan masuk ke dalam Video Klip itu.

            Itulah pengalamanku dalam mendengarkan musik saat aku masih kecil, semoga ada pelajaran
berharga dibalik cerita yang ku sajikan.
               
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar