Jumat, 29 November 2013

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-30. Cinta dan Kecewa


Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254
 

Sahabat adikku,
Ketika aku melihatmu di rumahku,
Aku berpura-pura berjalan untuk melihat sekeliling,
Padahal aku melihat-lihat keadaan hanya untuk melihatmu,
Kau datang kepadaku dan sesungguhnya aku ingin berkata kepadamu.

Dan aku betul-betul menyukaimu,
Mungkin sampai kapanpun, aku siap menunggumu untuk membalas cintaku,
Kurasakan rasa cinta yang besar padamu,
Sebenarnya aku tidak punya waktu lain untuk mengatakannya

Ku ingin bertemu denganmu di suatu tempat,
Mungkin ketika kau sedang berjalan-jalan dengan temanmu,
Aku akan berlari mengintaimu hanya untuk melihat apa yang kau benar-benar inginkan,
Bisakah ku berikan itu untukmu?
Hari ini hanya kata-kata sapaan yang bisa ku berikan

Kini kita sudah saling kenal sejak lama,
Tetapi aku belum menemukan jalan untuk lebih dekat denganmu

Kita kini terpisah jarak
Dan terpisah oleh rasa yang berbeda
Ku sangatlah mencintaimu tetapi kau mungkin tak pernah mengingatku
Jika aku bisa menyusutkan dunia ini
Sehingga aku bisa mengikis sekat-sekat di antara kita
Akhirnya ku dapat temukan kamu dan aku terasa begitu dekat.

Sebuah kehidupan cinta adalah gambar yang sering terlihat di hidup semua orang
Kita tak pernah diharuskan untuk memikirkan hati yang berdarah,
Larilah secepat mungkin dari tempat yang membuatmu terluka
Setiap tempat yang ku singgahi bersamamu bisa membuatku melupakan kesedihanku
Kini disaat sepi, aku ingat betapa aku merindukanmu,
 Aku begitu kehilanganmu
Kau bagaikan adegan akhir sebuah film yang mengubah hal-hal besar dalam ceritanya
 Memecahkan kebingungan dan  ku pun bernyanyi setelah sebelumnya hanya bertanya-tanya.

Aku ingin sekali meneleponmu, tapi kau selalu meninju maksudku dengan berjalan ke arah lelaki lain,
Memang aku merasa mencintaimu tetapi perasaan kecewaku bagaikan memerangi rasa tulusku,
Jadi apa gunanya? Cinta dan perang
Lelaki lain mencoba menyelamatkan perasaanmu yang memang tidak ingin denganku,
Seperti menyelamatkan dunia, apapun akan dia lakukan untuk menghindarimu dariku
Akan tiba giliranku untuk berbicara banyak, sekarang ku akan menahan kata-kata ku yang ganas
Kini ku terus menggigit lidah lidahku sendiri, hingga berdarah

-Penulis puisi ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit, tapi berarti-

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-29. Pertahankanmu di Mataku


Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254

Kita kan selalu mencoba, tuk pertahankan semua
Yang kita lalui, cobaan ini
Kita kan selalu mencoba, tuk merubah segalanya
Yang kita pahami, rasa indah ini

Kita kan slalu pertahankan, karena kurasakan smua keindahan ini
Rasa ini tak kan hilang hanya untuk dirimu seorang
Halangan adalah cobaan dan kita yakin tuk tetap melaluinya

Ketika aku mulai merasa sendiri  ,sendiri
Kau datang bersamaan dengan munculnya semangatku
Mencium harummu kau bunga yang mewangikan hidupku
Tawamu saat itu pancarkan perasaan senangku
Itulah sebabnya ,ku menyukai mu , kau slalu datang di saat yang tepat.

Kau ingatkanku akan kenangan kita saat ada kamu
Kau buatku sanggup merangkai nada-nada yang indah
Suara-suara senja itu memang tlah berlalu
Dan berubah oleh rasa yang membuatku sangat berbahagia

Kau bagian dari hidupku
Kau buatku bisa berkreasi
Kau lah yang smangatiku jauh melangkah
Selama aku mampu , ku akan terus menyayangimu




-Penulis puisi ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit, tapi berarti-

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-28. Tentang Asaku


Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254


Kau hilang,
Kesembuhan yang kutemui kini tak tampak di tatapanku,
Aku terhempas,
Kembali lagi kurasakan kesepian di setiap detikku,
Hanya ada suara tetesan embun yang mampu ke dengar dengan terpejam.

Ku korbankan segala yang sudah terekam,
Terutama senyummu yang dahulu sempat menenangkan penatku,
Kini langit telah hilangkan celotehmu dari telingaku,
Kini ku termakan kebencian yang selalu merenggut anganku,
Awanku meneliti urat kepala ku ,teredamkan rasa sayangku terhadap suara lagu
Yang sering mengingatkanku pada suaramu yang selalu menggetarkanku
Kau senyum tapi hanya sesaat nya,
Sisanya ku hanya melihat kau mengeluarkan tutur yang awalnya letih,
Ku rasa kau pun tak mampu menghadapi kejamnya dunia, tapi terlalu naïf
Sekadar untuk menerima uluran tanganku yang kotor oleh tanah


Kau coba akhiri cintaku tanpa bekas
Sedikit demi sedikit rasa cinta ini menjauh tinggalkan tempat yang aslinya,
Namun asaku belum habis dan tak akan  pernah habis,
Meski kau sakiti aku yang mencoba menghiburmu,
Permohonan bodohkah kalau aku bilang jangan lemahkan aku dengan pergi lagi

-Penulis puisi ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit, tapi berarti-


Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-27. Aku yang Terlupakan


Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254
                                               
 Tertekan ku menyingkir,melenggang petir tertawai nasib buruk bagi si lelah,
begitu lelahnya si lelah,ia tak mampu menyelesaikan upayanya mengejar angan,
Ia tetap tertinggal, jauh dari padang rumput,
Keindahan ketika berbaring disana ditemani hujan itu telah lenyap dari khayalan,
Si lelah itu adalah aku,
Gerakan leher menemani nasibku yang semakin sendiri,
Itu tanda ku lelah, mengupayakan yang terbaik bagimu,
Tenaga ku habis, kini ku terlelap tanpa mimpi indah,

Aku tidak pernah ingin tertabrak buruknya detik,yang meluangkan sakitnya untukku,tak perlu sekali lagi kau membaginya,
Membuatku sungguh tidak ingin merasakan angin dari sudut manapun,
Kini ku teringat, ada apakah dengan hembusan asaku?,apakah ia sudah berhenti tanpa ku ketahui,

Apakah aku yang terlambat hadir menjemput keringnya cintaku,
Mungkin karena terlalu lama ku mencari kepastian cintamu,
Hingga aku terhalangi dan tak mampu untuk melihat sudut pandang pintu yang lain,
Itulah dirimu,
Tak usah kau menimbulkan aroma tangisan kalau kau tidak mengerti aku mungkin akan menghiburmu,
Sia-sia ku hanyut dalam senyummu karena kau seakan menghilangkan panah hatimu yang masih kucari,
Tak ada gunanya menahan rasa sakit dari setiap hinaanmu,
Jelas kau hanya menginginkanku disaat kau butuh, sedang kau tak ada disisiku saat ku butuh,
Lupakan aku yang hanya perapian kecil,
Yang cahayanya takkan mampu menyinari wajahmu yang manis,
Lagipula aku bukan api unggun seperti yang kau harapkan,
kau boleh meniup aku kalau kau mau membuatku mengabu dan mengelabu selamanya

-Penulis puisi ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit, tapi berarti-


Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-26. Keraguan


Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254
                                               
Mengacu pada kerancuan,
Maafkan aku yang condong ke sudut lain
Kala aku melihatmu aku merasa melihat terisinya hatimu,
Perih mata ini melihat kau tersenyum bersama dia
Aku pun seakan berada di tempat yang salah
Aku merasa terlalu tegar untuk tetap berdiri dan tak beranjak

Kutanyakan pada menit,adakah aku di ujung perasaanmu,
Atau aku sudah lontarkan ke jurang kebencian,
Firasatku berkata lebih baik menebaknya tapi aku lebih mau memastikannya,
Ya, aku tahu dimana sudutku di fikiranmu,
Ku dapatkan inti dari tatapanmu, aku kosong di matamu, gelap dan mudah hilang,

Aku hanya kertas tak berarti apa-apa tanpa kau tulis,
Tetapi kau bahkan tidak mau mengambil buku hatimu untukku, apalagi pena untuk menulisnya,
Aku rasa pemberianku hanyalah sia-sia, meski ku tak boleh mengingat-ingatnya lagi
Tergetar mulutku melihat jalan ke depan,semoga detik masih mau berhenti untuk membuatku berfikir panjang,
Bukan sekedar menebak yang goyah...tunggu aku mengagetkanmu
Karena akan ku buat diriku secemerlang apa yang tidak pernah kau ingin lihat padaku,
Ku ingin membuat kau menyesal, sesal yang dalam, dalam yang dingin…

-Penulis puisi ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit, tapi berarti-

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-25. Aku dan Masa Kecilku tentang Sepakbola

Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   2021 2254

                 Sepakbola adalah bagian hidupku, pencerah hidupku dari hari-hari membosankan, aku mencintai sepakbola sudah sejak lama, pertama kali aku mengenal sepakbola adalah dari klubnya, aku pernah dibelikan topi Liverpool oleh Embah Kakung-ku sekitar umur 5 tahun di dekat Monumen Nasional, aku merasakan kebanggaan setelah ku tahu bahwa Liverpool adalah klub besar di sebuah cabang olahraga yang menyenangkan untuk ditonton. Semenjak itulah aku mulai menyukai sepakbola, pemain pertama yang aku suka adalah Iker Cassilas, aku sangat menyukai penampilannya di bawah mistar Tim Nasional Spanyol pada kompetisi Piala Dunia 2002, tepatnya kala berhadapan dengan Korea Selatan, aku sangat bahagia ketika penyelamatan demi penyelamatan ia lakukan, tapi saat itu juga tangisan pertamaku karena sepakbola, yang aku lihat di mataku kala itu ketika para pemain secara bergantian menendang kearah gawang yang dijaga kiper, penendang demi penendang berhasil memasukkan bola ke gawang, aku tidak ingat berapa kali Iker Cassilas diperdayai oleh pengeksekutor penalti Korea Selatan, dan tiba-tiba pertandingan berhenti ketika salah seorang pemain telah selesai menjalankan tugasnya sebagai algojo, lalu pemain Korea Selatan bergembira, aku tak tahu mengapa, aku pun bertanya kepada Ibuku, apa yang terjadi terhadap permainan itu, lalu ibuku bilang bahwa Iker Cassilas(dan tentu saja Timnas Spanyol-nya) kalah pada permainan tersebut karena tak mampu menjaringkan bola lebih banyak dalam babak yang dinamakan adu penalti, aku yang masih baru mengenal sepakbola pun akhirnya baru mengetahui bahwa Spanyol tersingkir dari Piala Dunia 2002, disaat itulah aku berlinangan air mata karena aku fikir pengorbanan Iker Cassilas tiada berarti, itulah saat kecil yang sangat lucu bila diingat karena begitu dalamnya perasaan banggaku terhadap idolaku, Iker Cassilas sampai-sampai aku menangis karena ia kalah.

             Semenjak saat itu, aku mengenal satu demi satu pengetahuan tentang sepakbola, seingatku, aku pemain timnas Jepang  yang memakai topeng, aku kira dia pahlawan di tim tersebut ataukah seseorang dengan rahasia di wajahnya dan kelakuannya, aku perhatikan terus pemain itu tetapi tidak ada perbedaan yang berarti dari permainannya, lalu aku paling ingat kecurangan dalam sepakbola menurutku adalah disaat pemain yang berada dekat dan membelakangi garis tepi lapangan, ketika dikawal oleh pemain dari tim musuh, maka ia menendang bola sekeras-kerasnya hingga mengenai tubuh pemain dari tim musuh itu dan kemudian memantul hingga melewati garis tepi lapangan sehingga si penendang tadi mendapatkan lemparan ke dalam, itulah pemikiran-pemikiran kecilku soal sepakbola saat aku masih menjadi pemula dalam hal pengamatan sepakbola, aku pun mulai membaca koran, melihat skor pertandingan  sepakbola, tentu dalam rubrik olahraga di koran, hal yang sering ditulis adalah liga-liga Eropa, oleh sebab itu saya sering sekali membaca mengenai tentang hal tersebut terutama Manchester United, saat itu Manchester United cukup digdaya dengan sosok seperti Ruud Van Nistelrooy yang sering sekali kulihat namanya tercantum sebagai pencetak gol di bacaan surat kabar, atau David Beckham yang pertama kali ku kenal lewat tendangan jarak jauhnya dari luar kotak penalti, hal yang membuat aku salut adalah pesepakbola mampu menendang ke arah gawang dengan akurasi tinggi (dalam hal ini ke pojok atas) dan dengan jarak yang cukup bahkan sangat jauh, saat itu aku mengagumi kekuatan sang penendang, gol yang pertama kali kukagumi adalah gol dari David Beckham. Aku sering melihat di surat kabar, Manchester United sering memenangkan pertarungan sepakbola, aku lihat juga klasemennya,  dari klasemen terlihat jumlah poinnya sementara, lalu aku bandingkan dengan Klub dari liga-liga top Eropa lain, meskipun Manchester United tidak berada di urutan teratas bila aku urutkan dengan liga-liga top Eropa lainnya, tetap saja aku lebih menyukai Manchester United, aku sangat senang bila ayahku telah membeli koran dan aku membaca berita tentang kemenangan Manchester United di setiap minggunya, aku memang tidak mengetahui saat itu bahwa Manchester United bukanlah klub kebanggaan masa kecilku ketika pertama kali ku mengetahui sepakbola, ya memang benar, Liverpool berbeda dengan Manchester United, aku mengira Manchester United itu adalah klub yang pertama kali ku sayangi karena bajunya merah, sama dengan klub Liverpool, tetapi pada akhirnya ku tahu bahwa Manchester United adalah klub yang berbeda dan aku terus menyukai Manchester United karena saat itu peringkat di klasemennya lebih baik dibanding Liverpool.

             Saat aku menginap ke rumah Embah Kakung dan Embah Putri-ku di daerah Sunter, Jakarta Utara, aku sering begadang untuk menonton sepakbola, pertandingan yang kuingat adalah ketika Manchester United berhadapan dengan Fulham, yang kalau tidak salah pada saat itu Fulham masih diperkuat oleh Louis Saha, saat itu Manchester United mampu menang atas Fulham, sebelumnya ketika aku menonton Manchester United bertanding melawan Fulham, Manchester United tidak bisa menang dan permainannya jauh dari harapan, dari situ kukira Fulham punya kekuatan magis yang dengan hebatnya tidak mampu dikalahkan oleh Manchester United, saya keringatan menonton pertandingan Manchester United melawan Fulham karena saya menganggap, bagaimanapun caranya Manchester United tidak bisa mengalahkan Fulham, begitu bodohnya diriku yang masih kecil karena menyangka sesuatu yang tidak mungkin terjadi dalam dunia sepakbola.

               Masa kecilku memiliki liburan yang indah, ketika aku menginap di rumah Embah Kakung dan Embah Putri-ku dulu, aku selalu menonton film di pagi hari, lalu tidur siang, terkadang diperbolehkan bermain computer, aku selalu lupa password yang diberikan oleh pamanku dan aku selalu menanyakan lagi ketika aku menyalakan komputer pada kesempatan selanjutnya, aku senang bila diperbolehkan tidur di kamar pamanku yang biasa kupanggil Le Eko, aku senang menyalakan kipas anginnya dan bereksperimen dengan  kecepatan kipas anginnya serta tombol-tombol mode kipas tersebut. Saat malam menjelang, aku selalu disajikan alpukat yang telah diberi gula dan juga air sedikit lalu dihaluskan dengan menggunakan sendok oleh Embah Putri, kemudian ketika aku mengetahui jadwal sepakbola di pagi, siang atau sore hari, aku pun menonton pertandingan sepakbola tersebut di malam harinya, kadang kala aku ditemani oleh Embah Kakung dan ia menanyakan informasi tentang para pemainnya, aku pun mencoba menjelaskan sebisaku meskipun hanya sedikit saja yang bisa kusampaikan. Malam hingga dinihari aku menonton sepakbola, dinihari adalah waktunya Liga Spanyol dikala ku kanak-kanak, kalau tidak salah aku menonton pertama kalinya di musim 2002/2003, saat itu aku memiliki rasa suka kepada klub Valencia, tetapi tidak sebesar rasa suka ku kepada klub Manchester United, kala itu Valencia menyajikan penampilan yang atraktif, aku sangat menyukai kemampuan Pablo Aimar dalam mengolah si kulit bundar, mungkin karena pada saat itu aku belum terlalu mengerti soal sepakbola, aku mengetahui ia pemain hebat karena ia sering tersorot kamera, selain itu aku pun menyukai Canizarez, kipper Valencia yang rambutnya ber-style layaknya landak, lalu aku pun mengetahui kemampuan David Abelda sebagai bek, itulah pengetahuan awalku tentang Liga Spanyol, hal yang menarik adalah ketika aku bosan menonton, aku sesekali membalikkan badan dan menonton secara terbalik, aku merasa sangat geli bila mereka melakukkan dribble dan menendang secara terbalik alias melawan gravitasi, hahaha.


-Aku adalah bumi yang merindukan bintang, nampak begitu terang meski begitu jauh, oh bintang.... sinarmu hangatkan malamku-

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-24. Takkan Pernah Sebanding



Nama:   Aditya Siswantara
Kelas:    2EB01
NPM:    20212254

-Ini bukan tulisan yang saya buat, saya hanya membantu menyebarkan saja-



Takkan Pernah Sebanding

Sobat, pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini?
Rasa bersalah yang teramat sangat. jauh dari orang tua yang sekarang hanya tinggal berdua.
Tak ada lagi putera-puteri yang tersisa. semuanya berada dalam radius yang sangat jauh,
menempuh episode kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.

Sewaktu bayi, entah berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah
yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi
kebutuhan kita. Mungkin juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita
buang "pup" di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika
teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting
karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah
henti mengunjungi mereka setiap kali kita melangkah.

Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan
demi pembangkangan yang kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada
karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali
sekali kita mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka
yang penuh kecemasan ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu
menyambut kita dengan senyum.

Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan
Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar? Tangisan dan doa itulah
yang mengantar kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu
terluka dan mengiba kepada Allah agar kita jangan dilaknat karena perbuatan dosa
dan kesalahan-2 yang kita lakukan, agar Allah mau
mengampuni kita dan memberikan kehidupan terbaik untuk kita?

Pernahkah kita berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik
karena takut membangunkan kita yang tertidur kelelahan?
Pernahkah kita menghargai patah demi patah kata yang mereka susun
sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan atau merusak
benda kesayangan hadiah ulang tahun dari teman kita?
Pernahkah kita menyesal karena lupa menyertakan mereka di dalam doa?

Ah, Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang
yang kita berikan. Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, kita masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia).

Lalu?
Mungkinkah kita bisa seperti Ismail  yang merelakan dirinya disembelih  ayah kandung demi menuruti perintah Allah? Atau seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi?

Ternyata kita masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa kita persembahkan?

Sobat, bantu aku agar optimis!
Ya! masih banyak waktu untuk membahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah: tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu  dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga, sapa mereka dengan hangat,
pastikan nada suara kita bahagia!

Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu!
Mulai dari sekarang, selagi masih  di beri kesempatan.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)


“Pembuat renungan ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit tapi berarti"

Tulisan untuk Ekonomi Koperasi ke-23. Si Tukang Kayu



Nama: Aditya Siswantara
Kelas:   2EB01
NPM:   20212254

-Ini bukan tulisan yang saya buat, saya hanya membantu menyebarkan saja-


SI TUKANG KAYU

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu.  Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah terbaik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah  pada si tukang kayu.  "Ini adalah rumahmu," katanya, "hadiah dari kami."

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang berbeda. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan  cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan selama ini dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri dengan penuh ketidak sempurnaan karena semata kelalaian kita.

Seandainya kita menyadarinya sejak semula, pastilah kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda. Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Kehidupan yang kita jalani, tak ubahnya kita sedang membangun sebuah rumah untuk kita tempati nanti selamanya. Apabila kita sungguh2 dalam menjalani kehidupan ini dengan penuh kebaikan, maka rumah yang akan kita tempatipun akan terasa nyaman, namun apabila kita menjalani kehidupan ini dengan penuh keburukan, maka yang kita rasakan nantipun tidak akan jauh berbeda. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.

Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri dan hasilnyapun akan dirasakan sendiri".

Semoga kita bisa memanfaatkan sisa usia dengan penuh kebaikan.
Amin

CATATAN:
(PADA DASARNYA KITA SEMUA ADALAH  „TUKANG KAYU“)


“Pengarang cerita ini adalah rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit tapi berarti"