Tulisan ke-1
Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia 2
Nama: Aditya
Siswantara
NPM: 2021
2254
Kelas: 3EB01
Masa Kecilku
Namaku Aditya
Siswantara, di Tangerang, 20 Juni 1995, masa kecil yang indah kurasakan sebagai
anak pertama dari Bapak Agus Salim dan Ibu Sri Susilawati Puji Ayu Larasati. Menurut Nenekku, sejak kecil aku selalu
dimanja dengan jalan-jalan ke mall tiap minggu oleh ibuku dan selalu menyantap
KFC, maklum memang, pada waktu itu usaha bengkel yang dilakukan oleh
Bapakku tergolong sukses, bapakku pun memiliki
mobil dan beberapa motor. Mungkin karena aku dimanja, aku tumbuh menjadi anak
yang fisiknya lemah, badanku kecil dan tergolong ringkih, lagipula aku memang
tidak suka memakan sayur karena itu pahit di lidah, jadi ketahanan tubuhku akan
penyakit memang kurang, aku sering masuk angin, pusing kepala bahkan terkena
kelenjar getah bening.
Semenjak 1998
kala Indonesia mengalami krisis moneter, usaha ayahku pun mengalami
kebangkrutan, pada tahun itu pulalah, Adik perempuanku, Devina Nurul Aulia
lahir, tepatnya tanggal 22 Januari 1998, kami sempat pindah ke Jakarta untuk
tinggal bersama nenek karena ibu dan ayahku menunggu adikku tumbuh agak besar
terlebih dahulu sebelum akhirnya ayahku memilih Kota Bogor sebagai tempat
tinggal kami berikutnya.Aku sedari kecil sudah menjadi anak yang pemalu,
sehingga pada umur 5 tahun, ketika aku masuk TK, temanku tidak banyak karena
aku tidak mudah untuk mengerti cara mereka dalam berteman, aku juga termasuk sulit
sekali dihibur, berbeda dengan adikku, ia selalu tampak ceria dan punya banyak
teman yang sering berkunjung ke rumah kami, sementara aku sangat selektif dalam
memilih teman, oleh karena itu dari TK sampai SD Kelas 3, aku belum memiliki
teman dekat, keadaanku sebagai cucu Kepala Sekolah membuatku kurang senang
karena aku lebih dikenal sebagai cucu Kepala Sekolah, bukan sebagai diri
sendiri
Teman terdekatku saat SD bernama Yanwar,
ia sangat menyenangkan untukku karena dia bisa menghiburku, ia terkadang
sering di-bully karena suka berbohong
dan sok tahu kala menceritakan progress-
nya dalam bermain Play Station, ia
juga memiliki fisik yang kurang bagus, karena itu ia sering diledek saat
selesai bermain sepakbola, tapi Yanwar ingin membuktikan bahwa ia bisa bermain
sepakbola, oleh karena itu suatu hari saat hujan turun, ia menendang bola
dengan segenap kemampuannya dengan badan yang rentan kedinginan, aku turut
prihatin dengannya, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku tidak bisa
menyanggah perkataan murid-murid lain terhadapnya, karena aku merasa aku bukan
orang yang sanggup berdebat dengan mereka. Semenjak kelas 4, aku bermain kartu
Yugi-Oh dengannya, meskipun cara bermainnya masih asal-asalan dan tidak
mengikuti peraturan, tetaplah menyenangkan bermain dengannya, aku sangat ingin
Yanwar bermain bersamaku lagi karena ia adalah salah satu orang yang bisa
membuat adik bungsuku, Muhammad Raihan Triantara, tertawa.
Semasa kecil,
aku adalah orang yang mudah ketakutan akan teguran oleh orang lain kala aku
salah, aku ingat ketika awal sekolah dasar, aku mendapatkan nilai 6, aku memang
tidak dimarahi oleh Ibuku, tetapi aku merasa terpukul karena aku melihat
orangtua ku merasa kecewa, oleh karena itu aku kurang bersikap optimis, aku
sangat takut kehilangan barang karena lupa. Aku sangat senang tidur dengan
bantal guling bernama bobo yang telah menjadi teman tidurku sejak kecil, bahkan
hingga aku menginjak SMP, aku selalu tidur bersama boneka itu dan selalu
kehilangan kalau dia dicuci. Bobo sudah ditambal beberapa kali sampai ia
benar-benar rusak dan aku betul-betul kehilangan dia.
Suatu hari, aku mulai menyadari
bahwa aku harus berubah, karena aku sudah menjadi kakak untuk kedua adikku, aku harus mengajarkan mereka arti
hidup yang menurutku benar, aku pun selalu berusaha memperbaiki sikap dengan
bersikap terbuka dan tidak terlalu pemalu dalam berteman. Aku belum tahu apakah
itu sudah berhasil di masa sekarang? akupun belum tahu, apakah sifatku sudah
membuat orang-orang di sekitarku nyaman? tetapi aku rasa, aku tidak pernah dengan
sengaja membuat orang lain terluka, Kalimat terakhirku dalam tulisan ini, aku
harap jalan hidupku ke depan akan sama seperti
apa yang aku rencanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar