Nama: Aditya Siswantara
Kelas: 2EB01
NPM: 2021 2254
Kelas: 2EB01
NPM: 2021 2254
-Ini bukan tulisan yang saya buat, saya hanya
membantu menyebarkan saja-
Karena meyakini bahwa hidup penuh dengan pesan-pesan
kebijakan, ada saja kejadian yang membuat saya berefleksi. Kalau kejadian
tersebut hanya hadir sekali dua kali, mungkin nilai pesannya biasa-biasa saja.
Akan tetapi, kalau ia hadir hampir setiap minggu, dalam kurun waktu yang lama,
bisa jadi ada kekuatan yang membuat saya harus berbagi kejernihan di sektor yang satu ini.
Hampir setiap minggu, saya dihadang keluhan orang yang
tidak mencintai dirinya sendiri. Ada yang menyebut badannya kurang
langsing, mukanya kurang lancip, matanya terlalu besar. Ada juga yang
mengeluhkan karir dan hidupnya yang begitu-begitu saja. Sampai dengan keluarga
yang tidak mendukung. Digabung menjadi satu, maka jadilah kehidupan orang-orang
seperti ini, mirip dengan kehidupan yang memukuli diri sendiri.
Jika benar badan ini terdiri dari badan kasar dan
badan halus, dengan pemberontakan terakhir, sekilas kita memang seperti tidak
melakukan apa-apa terhadap badan kasar kita ini. Namun, karena pemberontakan
tadi berpengaruh langsung terhadap badan halus, yang pada ikatannya mempengaruhi juga
badan kasar, maka praktis kegiatan memukuli diri sendiri ini, bukan hanya dalam
pengandaian semata. Ia juga bermakna riil.
Ini juga yang bisa menjelaskan, kenapa orang-orang yang
jarang dan tidak
pernah bersyukur, memiliki keceriaan wajah yang teramat berbeda
dengan mereka yang rajin bersyukur. Ini juga yang menyebabkan, kenapa
orang-orang yang memberontak terhadap dirinya sudah sampai di neraka sebelum
meninggal, sementara mereka yang penuh syukur sudah
sampai di surga sebelum kematian memanggil.
Dulu, ketika pertama kali membaca karya fisikawan
Einstein, yang mengemukakan bahwa yang riil hanyalah sebuah tipuan, saya sempat
termenung lama tidak mengerti. Sekarang, ketika hubungan antara badan halus dan
badan kasar sebagian bisa dimengerti, baru saya bisa memahami konsep Einstein
ini. Badan kasar (baca : badan riil) amat besar dipengaruhi oleh badan halus
(baca : badan yang tidak kelihatan). Lebih dari sekadar berpengaruh terhadap
badan kasar, badan halus juga bisa membawa dan menarik kita pada
serangkaian penentuan kegiatan dalam kehidupan.
Mirip dengan makanan untuk badan kasar, kalau
makanannya bersih dan bergizi, maka badanpun jadi sehat. Demikian juga dengan badan
halus, bilapemberontakan terhadap diri sendiri terus terjadi, tidak saja badan
halus jadi sakit-sakitan. Ia juga menarik dan membawa kita ke dalam
serangkaian kehidupan sebagaimana kita keluhkan.
Sudah banyak kehidupan orang dan kehidupan saya
sendiri yang menjadi saksi
dan bukti dari keyakinan terakhir. Sahabat yang membenci
ayahnya beristri
dua, akhirnya memiliki suami yang juga beristri dua.
Rekan yang sebenarnya
gagah dan ganteng ketika muda, kemudian jadi cepat tua
dan tidak menarik,
karena sejak kecil tidak pernah puas pada badannya
sendiri.
Belajar dari semua ini, saya tidak pernah bosan untuk
sesering mungkin
mengajak orang untuk jatuh cinta pada diri sendiri.
Izinkan saya bertutur
sekelumit kehidupan saya ke Anda. Saya lahir sebagai
bungsu dari tiga
belas bersaudara ? sekali lagi tiga belas bersaudara. Di masa kecil sampai
umur 27-an sempat minder berat karena bentuk hidung
dihina orang. Pernah
heran dan teramat kagum dengan rekan-rekan SMP dan SMU
yang bisa berbicara
di depan umum tanpa beban berarti. Ketika baru belajar
berbicara di depan
umum, teramat sering dihina orang. Dan sampai sekarangpun
hinaan orang
masih datang.
Akan tetapi, ketika menyadari pentingnya jatuh cinta pada
diri sendiri,
telah lama saya belajar memandikan badan halus dengan
obat mujarab yang
bernama rasa syukur. Setiap kali makan, baik makan besar
maupun makan
kecil, selalu saya sisakan sekelumit makanan di
pinggir piring sebagai
ungkapan rasa syukur. Setiap kali mencium pipi
anak-anak kesayangan saya
di rumah, hati saya berucap syukur ke Tuhan. Setiap
malam ketika melihat
isteri sedang tidur pulas, dengan perasaan tulus ke
Tuhan saya berucap
terimakasih karena diberikan teman hidup yang amat
mengagumkan. Apa lagi
kalau dianugerahi rezeki-rezeki besar lainnya. Singkat
kata, kemana mata
saya memandang hanya ada syukur. Kemana telinga
mendengar hanya ada
syukur. Sehingga dalam totalitas, jadilah kehidupan
saya sebagai kehidupan
penuh dengan rasa syukur.
Anda tentu bertanya tentang hasilnya. Kesehatan,
sangat dan teramat
membaik setelah belajar jatuh cinta pada diri sendiri.
Rezeki memang bukan
urusan kita, namun inipun bergerak naik, bahkan kadang
melampaui
batas-batas
yang pernah saya bayangkan. Kedekatan dengan anak dan isteri,
jauh sekali membaik. Kekaguman dari orang lain, ini
juga membaik.
Coba Anda puji seseorang secara wajar dan tulus.
Bukankah wajah orang tadi
terlihat lebih simpatik dan berseri setelah dipuji ?
Demikian juga dengan
diri sendiri. Jatuh cinta pada diri sendiri, memuji diri
di depan kaca,
apa lagi plus rasa syukur, juga membuat wajah dan
kehidupan kita lebih
simpatik dan berseri.
Bagi Anda yang pernah merasakan indahnya jatuh cinta,
demikian juga
rasanya kehidupan yang disertai kesediaan untuk
belajar jatuh cinta pada
diri sendiri. Bedanya, kalau jatuh cinta pada orang lain
mengenal
permulaan dan perpisahan, jatuh cinta pada diri
sendiri akan menjadi kisah
cinta sepanjang usia. Anda tertarik ?
"Penulis
pengalaman
hidup ini adalah rintik hujan yang
membasahi bumi, kecil, sedikit tapi berarti"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar