Jumat, 08 November 2013

Tugas Ekonomi Koperasi ke-3. Observasi ke Koperasi

Nama: Aditya Siswantara
Kelas: 2EB01
NPM: 2021 2254

Anggota kelompok:
Akhmad Arief
Asep Yoyo Sunaryo
Sandi Herdiansyah

(Kopti tampak dari depan Kantor)


(Surat Keterangan Kunjungan Observasi Koperasi)

Hasil Observasi terhadap Koperasi

A. Sekilas tentang KOPTI


Pada hari Jum'at, tanggal 1 November 2013, saya dan beberapa teman dari 2EB01 mengunjungi Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Bogor yang terletak di Jl. Raya Cilendek no 27, Bogor. KOPTI ini cukup megah dan ketika saya melihat-lihat, pengurus masih banyak berada di dalam kantor. Saya dan beberapa teman saya yang datang dari Kota Depok pun masuk setelah memberi surat keterangan izin untuk melakukan observasi, kami ditempatkan di satu ruangan pertemuan untuk memberikan pertanyaan demi pertanyaan yang bertujuan untuk menyelesaikan tugas kami. Bapak Endang Maulana, Sekretaris KOPTI Kab.Bogor menjelaskan secara detail tentang keadaan Koperasi dan menjawab sejujur-jujurnya tentang apa yang ingin kami ketahui. 

B. Unit Usaha Koperasi


Usaha produktif

Kopti Kabupaten Bogor memiliki unit usaha produktif yaitu :

1.Penyediaan kacang kedelai bagi pengrajin tempe,tahu, susu kedelai dll
2.Simpan pinjam bagi anggota koperasi
3.Menyediakan peralatan produksi bagi pengrajin tempe tahu seperti mesin pemecah kedelai dll
4.Menyediakan jasa angkutan barang


Kerjasama

Pada saat ini Kopti Kab Bogor telah bekerjasama dengan beberapa mitra antara lain:

1.Bank BCA Bogor
2.Bank BNI Bogor
3.LPDB
4.Kementrian Perindustrian
5.Kementrian Koperasi dan UKM
6.FKS Multiagro
7.MercyCorps
8.Forum Tempe indonesia



Unit Usaha Lainnya

Kopti Kab Bogor juga membangun Rumah Tempe Indonesia (RTI) yang merupakan pabrik percontohan tempe yang memiliki standar HACCP. Proses produksi di Rumah Tempe terkesan bersih dan efisien dengan teknologi ramah lingkungan dan peralatan yang steril. Dalam membangun RTI Kopti Kab Bogor bekerjasama dengan Forum Tempe Indonesia dan MercyCorps dan didanai oleh FKS Multiagro, PT.Antam persero,dan Uni Eropa.

RTI melayani 5 propinsi untuk memasok peralatan pembuatan, mulai dari alat perebusan kedelai hingga alat fermentasi tempe dengan nilai proyek Rp.150 Juta/Pabrik. RTI Kopti Kab Bogor juga bekerja sama dengan Kalbe Farma untuk membuat bubur tempe kemasan yang dapat berkhasiat mencegah dan mengobati diare. Tempe yang dibuat oleh Kopti ini didistribusikan ke Rumah Makan dan juga Boarding School.

C. Masalah dan Solusi Permasalahan untuk Koperasi

Kopti Kab.Bogor sudah terkesan maju dan hanya memiliki sedikit masalah, oleh karena itu, kelompok kami mengungkapkan masalah Kopti secara global dan solusi yang diperuntukkan untuk Kopti yang kurang bisa berkembang.

Masalah 1.  Bahan baku kedelai yang dikuasai importir


Bahan baku kedelai yang dipasok untuk pengrajin tempe yang bekerja sama dengan Kopti adalah 100% impor. Harga kedelai dimonopoli oleh importir yang biasa disebut kartel sehingga Kopti tidak bisa berbuat apa-apa terkait kedelai yang harganya tiap hari berubah melalui permainan harga yang dilakukan kartel. Importir menguasai pasar, padahal segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara, tetapi aktivitas meng-impor kedelai sebesar dari Amerika Serikat 2 Juta Ton/tahun dibiarkan terjadi.

Pemerintah belum berupaya mensejahterakan komoditas pengrajin tempe dan menyerahkan penyediaan bahan baku pada importir. Tidak ada bantuan berupa simpanan/tunjangan kepada anggota Koperasi layaknya zaman dulu ketika BULOG masih aktif mengimpor kedelai, harga dari BULOG jauh lebih murah dan selisih harga dari importir dapat digunakan untuk menghimpun dana tunjangan untuk anggota Koperasi. Harga bahan baku yang mahal ini menyebabkan Kopti tidak dapat menjalankan keinginannya yang selalu ingin memasok harga bahan baku kedelai lebih murah kepada para pengrajinnya.

Masalah 2. Permainan harga yang dilakukan importir


Pengaturan harga yang dengan mudah dilakukan importir membuat Kopti kelabakan, alasan importir menaikkan harga terus menerus karena komoditi impor kedelai dihargai dengan Dollar, Kurs mata uang ini terus meninggi nominalnya bila dibandingkan dengan rupiah. Kedelai yang dikirim ke Indonesia adalah kedelai yang sama dengan stok lama dari minggu atau bulan lalu, tetapi harganya naik karena kurs Dollar yang meninggi. 

Cara importir memperoleh milyaran Rupiah dengan mudah salah satunya adalah melakukan penahanan pasokam kedelai yang dilakukan importir dengan maksud menunggu harga Dollar naik dan harga bahan baku kedelai sudah pasti meroket. Dalam tempo 2 hari penahanan pengiriman saja, mereka memperoleh keuntungan sekitar 120 Milyar Rupiah.

Masalah 3. Ketergantungan terhadap kedelai dari importir


Impor kedelai yang dilakukan oleh negara kita disebabkan ketergantungan pada Negara maju membuat kita menerima dengan keadaan apapun, kedelai kualitas apapun akan kita terima meskipun sebenarnya kedelai itu digunakan untuk pakan ternak.  Sementara untuk meng-impor kedelai yang berkualitas baik, harganya 2 kali lipat sementara keadaan ekonomi Negara Indonesia yang kurang baik tentu tidak sanggup meng-impor kedelai berkualitas baik, kalaupun dipaksakan untuk impor, maka harga tempe di dalam negeri dapat meningkat hingga 2 kali lipat dan masyarakat malas membeli karena harganya tidak wajar. 

Kedelai yang di-impor dari Amerika Serikat adalah hasil rekayasa genetika, dengan bahan kimia yang cukup berbahaya, bahkan dicampurkan dengan makanan ayam serta konsentrat, kuota yang mereka hasilkan dari rekayasa genetika itu 20 Juta ton/tahun dan dengan harga yang tidak bisa ditawar.  Pejabat tidak membatasi keberadaan importir karena mereka telah disogok oleh importir, uang yang diterima oleh pejabat diperoleh oleh importir dengan cara yang mudah yaitu dengan menaikkan harga harga komoditas kedelai.

Masalah 4. Pasokan kedelai dari petani lokal tidak pernah terlihat


Petani lokal tidak bisa memenuhi kebutuhan bahan baku kedelai untuk pengrajin tahu tempe lokal, padahal Indonesia terkenal berbagai jargon: Negara Agraris, Gemah Ripah Loji Nawi, tongkat kayu dan batu jadi tanaman (lempar batang singkong tanpa digarap pun bisa tumbuh dan berbuah), tetapi kita tidak mempunyai kemampuan memenuhi bahan baku kedelai bahkan untuk negara sendiri, petani tidak berminat untuk menanam kedelai karena harga yang kalah saing dengan harga kedelai dari importir padahal kualitas kedelai lokal jauh lebih baik dan jika dibuat tahu maka rasanya lebih gurih.  

Supply bahan baku kedelai dari petani lokal tidak pernah mencuat karena hal lain, karena kacang kedelai yang belum matang sudah dijual dengan cara direbus ke penjual bajigur, karena harganya lebih tinggi dibandingkan menjual kedelai untuk bahan baku tempe. Pemerintah melalui menteri bilang bahwa Indonesia akan melakukan swasembada kedelai dimana 1,5 juta Ton stok kedelai akan didapat dari impor sementara 800 ribu Ton stok kedelai adalah komoditi lokal, pada kenyataannya itu hanya data fiktif, data kedelai yang dalam tahap panen dari Departemen Pertanian tidak ada yang sesuai bila dilakukan pengecekan ke berbagai daerah, padahal tanah-tanah di Papua yang masih belum tergarap dapat dijadikan tempat penanaman kedelai tetapi apadaya, menteri tidak memiliki komitmen untuk memajukan kegiatan penanaman kedelai.

Salah satu alasan Pemerintah melalui Menteri tidak mau untuk membuat program penanaman kedelai secara intens dengan pembiayaan APBN karena apabila proyek tersebut gagal karena keadaan alam ataupun hama, maka KPK yang mengecek pembiayaan dan penerimaan tetap men-cap Menteri tersebut korupsi karena tidak adanya penerimaan yang sesuai  ekspekstasi. Meskipun demikian, tidak adanya sanksi bagi Menteri yang tidak becus dalam menjalankan amanat rakyat juga menjadi salah satu faktor penyebab pertanian kedelai kita kurang maju.

Rapor pertanian kedelai BAPPENAS cenderung merah, tetapi Menteri Pertanian belum mau menjelaskan hal tersebut, Pemerintah tidak pernah menginginkan petani untuk mendapatkan berita gembira dengan pemberian bantuan untuk pencapaian target panen. Pasokan kedelai yang tidak mencukupi untuk dalam negeri sendiri juga dapat disebabkan pertanian kedelai dinomor 3-kan setelah beras dan jagung. 

Masalah 5. Varietas unggul tidak dikembangkan dan permasalahan limbah

IPB baru-baru ini menemukan varietas kedelai yang unggul, kualitas kedelai ini tergolong bagus dan meningkatkan produksi secara cepat. Sampai saat ini varietas kedelai tersebut belum digunakan oleh pemerintah untuk membuat produksi kedelai kita memuncak, sehingga hasil penelitian yang hebat ini masih belum dimanfaatkan dengan baik padahal bila dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi titik balik kejayaan pertanian kedelai Indonesia

Masalah lain yang dihadapi oleh pengrajin tempe yang berkaitan dengan Kopti adalah limbah, karena ketika sungai kering, limbah yang dikeluarkan oleh pabrik tempe tidak mengalir dengan baik, akibatnya pemukiman perkotaan padat penduduk merasakan imbasnya yaitu bau yang tidak sedap, banyak pabrik tempe didemo bahkan pernah ada kasus dimana bagian rumah pemilik pabrik dirusakkan karena ketidakpuasan warga terhadap pengelolaan limbah.

Solusi-solusi untuk ke 5 poin di atas:

1. Aktifkan BULOG

BULOG mempunyai kekuasaan tinggi menguasai pasar domestik karena pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi, “ Segala yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai Negara”. BULOG mengimpor bahan baku dengan harga yang sesuai. Pada masa pemerintahan Soeharto, BULOG terus menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyeimbang sekaligus pengawas harga. Hingga tiba saatnya, ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1998, impor kedelai melalui BULOG diberhentikan, IMF mendesak terjadinya hal itu karena Indonesia tidak mampu membayar hutangnya.

Poin-poin desakan IMF:

1.Rakyat jangan di-nina bobo-kan dengan monopoli impor oleh BULOG.
2. Pencabutan subsidi kepada petani harus dilakukan secepatnya

Semenjak hal itu terjadi, pengrajin mulai kesulitan dengan harga bahan baku kedelai untuk membuat tempe.
Apabila BULOG kembali diaktifkan sebagai penstabil harga, maka Indonesia tidak perlu cemas apabila dalam perdagangan bebas, subsidi tidak ber-efek apa-apa lagi. Peranan BULOG sebagai pemantau dan pengawas harga dari luar negeri sangat dibutuhkan karena Kopti dan pengrajin harus tahu harga wajar barang logistik yang di-impor, sehingga Kopti dan pengrajin tidak bisa dipermainkan dengan harga yang dimanipulasi oleh impor saat ini, hal ini dapat bermanfaat karena importir yang mematok harga tinggi dapat langsung diberhentikan kegiatan ekonominya di wilayah Indonesia. 

2. Peningkatan pertanian lokal

Para Petani lokal harus ditingkatkan kembali perannya, Kopti menekan kepada Departemen Pertanian bahwa bila mereka mampu menyediakan bahan baku kedelai maka Kopti bersedia menampungnya, tetapi saat ini belum ada stoknya. Apabila pemerintah mampu memberikan harga yang sesuai kepada komoditi kedelai lokal agar mampu bersaing dengan importir, maka petani kedelai akan terpacu dalam persaingan menanam kedelai.

3. Terapkan ide-ide baru dari anggota

Manajemen internal di Kopti harus berupaya secara terus-menerus untuk memperhatikan nasib pengrajin, agar Kopti dapat terus eksis, ide-ide yang dituangkan oleh tiap anggota harus dicermati dan dilakukan apabila berprospek.

4. Gunakan varietas unggul  yang didapat dari penelitian

Produksi kedelai dapat ditingkatkan dengan menanam varietas unggul yang bisa menambah produksi dari 1 ton/hektar menjadi 3-4 ton/hektar. Pemerintah harus berkomitmen untuk menanam secara massal varietas kedelai yang terbaik di Indonesia ini.

 5. Membuat Rumah Tempe Indonesia di setiap Kecamatan


(Adit, Trisna, Pak Endang dan Akhmad di depan tempat Fermentasi tempe yang higienis)

(Novaroh dan Pak Endang di depan tempat Fermentasi tempe yang higienis)


(Asep di depan tempat Fermentasi tempe yang higienis)

(Pandu dan Novaroh di depan tempat Fermentasi tempe yang higienis)

(Tempat Fermentasi tempe yang dimiliki oleh Rumah Tempe Indonesia)

(Adit, Trisna dan Akhmad dengan tempe hasil Rumah Tempe Indonesia bermerek tempekita)


Tempat produksi yang higienis dan efektif seperti Rumah Tempe Indonesia harus diperbanyak, Pemerintah harus membuat Rumah Tempe di tiap Kecamatan seperti yang dimiliki oleh Kopti Kab. Bogor, dengan peralatan yang serupa seperti Drum Stainless dan tempat fermentasi higienis, selain itu karyawan menggunakan sarung tangan dalam proses pengolahannya serta pembungkusan tempe yang menggunakan plastik, karena apabila dengan daun pisang kemungkinan terkena kontaminasi cukup besar.  Rumah Tempe dapat memproduksi 1 kuintal tempe yang siap difermentasi hanya dalam tempo ½ jam, sementara pabrik-pabrik tempe dengan menggunakan kayu bakar dan drum-drum bekas oli yang kotor serta cara pengolahan kedelai yang masih jorok serta kumuh dengan telanjang dada, produksi tempe-nya tidak akan mencapai 1 kuintal dalam waktu ½ jam.

6. Tentukan jalan tengah untuk kepentingan pihak Koperasi dan Pemerintah

Hilangkan konflik kepentingan antara Pemerintah dan Koperasi, bargaining position harus dilakukan dengan cepat dan Pemerintah seharusnya mendengar dengan cepat tuntutan Koperasi untuk memajukan pertanian kedelai dalam negeri karena dengan hal tersebut, Koperasi dapat mengalirkan Bahan Baku kedelai ke pengrajin dengan murah, yang menyebabkan pendapatan pengrajin semakin tinggi sehingga pengrajin semakin sejahtera, hal itu dapat membuat perekonomian Negara dalam sektor riil terus tumbuh dan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi dapat naik secara jujur, bukan manipulasi data yang dilakukan oleh kaki tangan Pemerintah.

7.  Presiden mampu Memilih Menteri yang dapat berdiri sendiri tanpa mengikuti kemauan importir

Keputusan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam bidang pertanian antara lain impor dan penanaman kedelai massal dipegang oleh Menteri Pertanian, tetapi jabatan ini rentan suap karena importir terus menggoda untuk meminta izin impor besar-besaran dengan uang milyaran Rupiah yang dimasukkan ke kantong Menteri Pertanian. Seorang menteri yang mampu menolak godaan itu adalah menteri yang kita harus dipilih oleh presiden, kriteria lain menteri yang layak diangkat adalah seseorang yang berkeinginan secara sungguh-sungguh untuk memajukan pertanian kedelai Negara Indonesia berupa penanaman kedelai massal dengan varietas yang terunggul di Indonesia dengan dana dari APBN.

8. Jadikan Biogas sebagai solusi banyaknya limbah

Dengan teknologi yang didapatkan dari MercyCorps, LSM dari Uni Eropa yang ditugaskan untuk menerapkan sistem Go Green, limbah pabrik yang tidak berguna dan membuat kesal warga karena menimbukan bau dapat diubah menjadi biogas, bahan bakar ini biasanya disalurkan kepada warga yang menjadi korban bau limbah, sehingga mereka merasakan timbal balik ketika faktor produksi yang mereka miliki telah dicemarkan oleh pabrik tempe, biogas bahkan digunakan oleh Rumah Tempe Indonesia ketika LPG langka.

D. Data-data lainnya

Jumlah anggota

Pada saat ini jumlah anggota yang terdaftar adalah 1373 pengrajin, 100 pengrajin tiap hari dilayani pasokan bahan bakunya.


Volume penyaluran kedelai

Kopti Kab Bogor pada saat ini menyalurkan 500 ton kedelai/bulan


Dana Bantuan dari Koperasi semasa zaman Soeharto mengurus Koperasi:

Dana tunjangan semasa Kopti dibawah payungan impor dari BULOG sangat banyak, semisal Simpanan Hari Raya, Simpanan Per Tiga Bulan (sesuai cepatnya penebusan) , Dana Haji (Dalam interval kurang lebih 1 Tahun Hijriyah, Kopti mengirimkan anggota ke Tanah Suci tiap Tahun sebanyak 20 Orang), Dana Diklat Bank untuk dana bantuan pendidikan pengrajin tempe, ada Dana Bantuan Pemukiman. Zaman Koperasi ditata rapi pada Rezim Soeharto, tempat produksi Koperasi yang tidak layak boleh diadukan untuk diperbaharui.

Cerita-cerita tentang Koperasi lainnya:


Kopti membantu pengrajin untuk mendapat sertifikasi layak produksi dari Pemerintah.


Kepercayaan terhadap Koperasi lumayan tinggi karena harga bahan baku kedelai yang dijual Koperasi selalu lebih murah dibanding harga bahan baku kedelai yang dijual dari toko biasa. Apalagi zaman dahulu dimana selisih harga yang cukup besar dengan toko karena adanya BULOG yang menstabilkan harga.

RAT dilakukan 1 tahun sekali, tidak seperti ukuran RAT sebelumnya dimana kesuksesan RAT adalah berdasarkan banyak atau tidaknya anggota yang hadir, contohnya: Koperasi yang berada di luar negeri yang sudah berbentuk Carrefour, ketika banyak anggotanya tidak hadir, justru kesuksesan RAT Koperasi terbilang tinggi, karena dengan hal itu, berarti anggota telah memberikan kepercayaan lebih kepada pengurus.

Dalam RAT seringkali anggota Koperasi mengeluarkan emosinya bila pembagian uang akhir tahun tidak merata, untungnya di Kopti Kab.Bogor tidak terjadi.

Metode penjualan bahan baku yang dilakukan Koperasi bila dibandingkan dengan toko tentu berbeda. Metode penjualan toko adalah sistem beli putus, jadi tidak ada simpanan-simpanan yang bisa diambil oleh pengrajin, selain itu harga toko cenderung lebih mahal.

Dana UMKM tidak sampai ke pengrajin yang berhubungan dengan Kopti, tetapi dana yang diberikan pemerintah justru turun dari Menteri Perindustrian.

Referensi:

Kopti-kabogor.blogspot.com

1 komentar:

  1. selamat malam mas,
    saya mau tanya aapakah kenal sama mas asep yoyo?

    BalasHapus