Nama: Aditya Siswantara
Kelas: 2EB01
NPM: 20212254
-Ini bukan tulisan yang saya buat, saya hanya membantu menyebarkan saja-
-Ini bukan tulisan yang saya buat, saya hanya membantu menyebarkan saja-
Takkan Pernah Sebanding
Sobat, pernahkah dirimu
merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini?
Rasa bersalah yang
teramat sangat. jauh dari orang tua yang sekarang hanya tinggal berdua.
Tak ada lagi
putera-puteri yang tersisa. semuanya berada dalam radius yang sangat jauh,
menempuh episode
kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.
Sewaktu bayi, entah
berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah
yang mungkin sangat
kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi
kebutuhan kita. Mungkin
juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita
buang "pup"
di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika
teman-temannya marah
karena membatalkan acara yang sangat penting
karena tiba-tiba
anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah
henti mengunjungi
mereka setiap kali kita melangkah.
Beranjak dewasa, betapa
tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan
demi pembangkangan yang
kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada
karena teman-teman di
luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali
sekali kita mau
menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka
yang penuh kecemasan
ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu
menyambut kita dengan
senyum.
Sobat, pernahkah dirimu
bangun tengah malam dan mendengar tangisan
Ibu dalam doanya
seperti yang pernah aku dengar? Tangisan dan doa itulah
yang mengantar
kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu
terluka dan mengiba
kepada Allah agar kita jangan dilaknat karena perbuatan dosa
dan kesalahan-2 yang
kita lakukan, agar Allah mau
mengampuni kita dan
memberikan kehidupan terbaik untuk kita?
Pernahkah kita
berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik
karena takut
membangunkan kita yang tertidur kelelahan?
Pernahkah kita
menghargai patah demi patah kata yang mereka susun
sebaik mungkin untuk
meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan atau merusak
benda kesayangan hadiah
ulang tahun dari teman kita?
Pernahkah kita menyesal
karena lupa menyertakan mereka di dalam doa?
Ah, Sobat, betapa tak
sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang
yang kita berikan.
Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, kita masih bisa
melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia).
Lalu?
Mungkinkah kita bisa
seperti Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayah kandung demi menuruti perintah Allah?
Atau seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi?
Ternyata kita masih
sangat jauh...
Lalu bakti seperti
apakah yang bisa kita persembahkan?
Sobat, bantu aku agar
optimis!
Ya! masih banyak waktu
untuk membahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah:
tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan
sesuatu dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga,
sapa mereka dengan hangat,
pastikan nada suara
kita bahagia!
Bahagiakan ayah,
bahagiakan Ibu!
Mulai dari sekarang,
selagi masih di beri kesempatan.
Sumber: Unknown (Tidak
Diketahui)
“Pembuat renungan ini adalah
rintik hujan yang membasahi bumi, kecil, sedikit tapi
berarti"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar